Jumat, 14 Mei 2010

INFAQ

INFAQ / Sedekah dan Keutamaannya

Shadaqah nafilah termasuk amal ibadah yang memberikan masukkan besar bagi pelakunya, bahkan batasan jumlah pahala tersebut tidak terhingga dan hanya Allah-lah yang mengetahuinya.


“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqarah:261)


Allah akan menggantikan harta yang dishadaqahkan, memberkahinya dan menambahkan karunia-Nya. (QS. 34:39)

39. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik- baiknya.
( QS. Saba' 34:39 )

Seorang muslim yang jujur keimanannya akan segera membenarkan keterangan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tersebut. Kemudian mendorongnya untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan banyak berinfaq dan bershadaqah kepada saudaranya yang membutuhkan.

Namun yang perlu diperhatikan disini adalah pentingnya menjaga keikhlasan niat ketika beramal. Karena suatu amalan ibadah apapun bentuknya, jika tidak diniatkan ikhlas semata-mata mengharapkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka amalan itu akan sia-sia.

Demikian pula berinfaq, yang merupakan amalan besar dan mulia dalam Islam, harus ditunaikan dengan ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Janganlah berinfaq dengan niatan agar hartanya semakin bertambah banyak setelah melihat keutamaan yang telah disebutkan di atas, terlebih lagi berinfaq dengan niatan agar dinilai sebagai orang yang dermawan.

Karena keutamaan dan janji yang disebutkan tadi tidaklah diraih kecuali oleh orang-orang yang ikhlas dalam infaq/shadaqahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya):

“Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mengharapkan wajah Allah (yakni ikhlas), maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan.” (QS. Ar Ruum: 39)

Sungguh indah permisalan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam Al Qur’an tentang orang-orang yang ikhlas dalam menginfaqkan hartanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya):

“Dan permisalan orang-orang yang menginfaqkan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai) …” (QS. Al Baqarah: 265)


* “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang muhajirin) dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr 59:9)


Keutamaan Sedekah

  • * “Bersedekahlah walaupun dengan sebutir kurma, karena hal itu dapat menutup dari kelaparan dan dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api” (HR. Ibnul Mubarok dari hadits Ikrimah)
  • *“Jagalah kamu dari neraka walaupun dengan separoh kurma. Jika kamu tidak mendapatkannya, maka dengan kata-kata yang baik.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Adi bin Hakim)
  • * “Tidak seorang hambapun bersedekah dengan suatu sedekah dari usaha yang baik, dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, melainkan Allah mengambilnya dengan Tangan Kanan-Nya lalu Dia memeliharanya sebagaimana salah seorang dari padamu memelihara anak kuda, sehingga kurma itu menjadi seperti gunung Uhud” (HR. Al-Bukhari, Muslim, At Tirmidzi dan An Nasa’i)
  • * “Tidaklah seseorang membaikkan sedekah kecuali Allah Azza wa Jalla memberikan pengganti pada harta peninggalannya.” (HR. Ibnul Mubarok dari Hadits Ibnu Sihad dengan Mursal)
  • * Rasulullah saw. bersabda ketika ditanya: “Manakah sedekah yang paling utama ?” “Beliau bersabda: “Kamu bersedekah dalam keadaan kamu sehat, kikir, kamu angan-angankan kekal dan takut miskin … “ (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah)
  • * “Tidak ada seorang muslimpun yang memberi pakaian muslim lain kecuali ia dalam lindungan Allah Azza wa Jalla selama sesobek dari padanya ada padanya.” (HR At Tirmidzi dan Al Hakim dari hadits Ibnu Abbas)
  • * “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang akan ditawan.” (QS. Ad-Dahr 76:8 )
  • * “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (QS. Ali Imran 3: 92).


Adab dalam penunaian infaq :


1) Memahami dalil perintah infaq, makna dan muatan ujian yang terdapat didalamnya :

  • i. Syarat kesempurnaan komitmen kepada tauhid, dengan menguji perpisahan dari yang dicintai
  • “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan sorga …” (at-Taubah:111)
  • ii. Membersihkan diri dari sifat kikir
  • “Dan barangsiapa dijaga dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (al-Hasyr:9)
  • iii. Syukur nikmat


2) Hendaknya membiasakan menunaikannya pada waktu-waktu yang utama sehingga menjadi sebab untuk pengembangan ibadah dan pelipatgandaan zakatnya. Misalnya bulan Muharram, karena bulan ini adalah bulan pertama dan termasuk bulan suci, atau bulan Ramadhan karena pada bulan inilah Rasulullah menjadi makhluk paling dermawan. Atau bulan Dzul Hijjah karena bulan ini bulan suci dan haji akbar. Hari-hari utama pada bulan Ramadhan adalah sepuluh hari terakhir, sedangkan hari-hari Dzul Hijjah yang paling utama adalah sepuluh hari pertama.


3) Merahasiakan, karena hal ini lebih bisa menjauhkan diri dari riya’ dan pamrih

“Jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang faqir maka hal itu lebih baik bagi kamu.” (al-Baqarah:271)


4) Menampakkan, apabila diketahui bahwa penampakan tersebut akan mendorong orang untuk mengikutinya dengan tetap menjaga batinnya dari dorongan riya’.

“Jika kamu menampakkan shadaqah maka itu adalah baik sekali.” (al-Baqarah:271)


5) Tidak merusak shadaqah dengan membangkit-bangkit dan menyakiti

“Dan janganlah kamu membatalkan shadaqah kamu dengan membangkit-bangkit dan menyakiti.” (al-Baqarah:264)

Membangkit-bangkit yaitu menyebutkan dan membicarakannya atau meminta pelayanannya dengan pemberian tersebut atau bersikap sombong kepada seseorang dengan pemberiannya. Menyakiti ialah mencelanya karena meminta-minta.


6) Menganggap kecil pemberian kepada orang karena jika dianggap besar maka ia akan kagum kepadanya, padahal ‘ujub termasuk hal-hal yang membinasakan dan membatalkan amal.

“Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi ‘ujub karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun.” (at-Taubah:25)


7) Memilih harta yang terbaik, yang paling dicintai dan paling halal.

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata…” (al-Baqarah:267)


8) Mencari agar shadaqahnya diterima oleh orang yang akan memanfaatkan shadaqah itu dengan baik dan benar :

i. Mencari orang-orang yang bertaqwa yang berpaling dari dunia dan mengkonsentrasikan diri untuk perniagaan akhirat dan mengamalkan tauhid

“Janganlah kamu makan kecuali makanan orang yang bertaqwa dan janganlah memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Hibban)

ii. Termasuk di antara ahli ilmu khususnya

iii. Hendaknya termasuk orang yang menyembunyikan keperluannya; tidak banyak mengeluh; termasuk orang yang menjaga harga diri

“Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.” (al-Baqarah:273)

iv. Hendaknya orang yang terbelenggu oleh suatu penyakit

“Untuk orang-orang faqir yang terikat di jalan Allah” (al-Baqarah:273)
v. Hendaknya termasuk kerabat dan orang yang memiliki hubungan keluarga


Maraji’

Al Ghazali : Ihya Ulumuddin

Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa, Mensucikan Jiwa : Konsep Tazkiyatun nafs Terpadu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar